Hello smoochies! Yet another brain vitamin corner, yes. This time, I'll talk about an Indonesian books. And since it's in Indonesia, I'm going to talk about it in Indonesia too. English translation after each paragraph in Italic babe :D
Waktu pertama kali denger kalo Ernest ngeluarin buku, agak kaget juga. Saya mikirnya dia cuma sekedar ikut arus (kemudian saya tahu kalo ini buku keduanya. Yang pertama.... apa?), banyak orang yang kemudian ikutan buat buku komedik, tapi isinya tidak se-booming sinopsisnya. Tapi ternyata yang ini agak berbeda (penjelasan lainya nanti ya). Satu buku dengan judul NGENEST (yang saya masih belum pasti gimana cara bacanya), bisa didapatkan dengan harga 55.000.
The first time I heard that Ernest wrote a book, it comes to me as a surprised. I thought it was just another go-with-the-flow (later I found out that this isn't his first book. What is the first one tho?), a lot of people started to make a comedic book, but the content isn't as spectacular as the synopsis promised it to be. But this one turned out different (more of that later). This 'NGENEST' book (which I'm still not sure how to pronounced it), cost me about 55.000rupiah (about US$5).
Seperti biasa, tidak ada sinopsis. Hampir semua buku dengan genre ini tidak punya sinopsis. Cover belakang cuma berisi cuplikan ceritanya (harus diakui, cuplikannya membuat saya memutuskan buat beli buku ini) dan beberapa komen mengenai isi bukunya.
Yang membuat saya senang dengan buku ini adalah kenyataan bahwa Ernest membicarakan mengenai banyak hal yang biasanya dihindari oleh banyak orang. Ras, agama, babi sebagai makanan, dan hal-hal lain yang membuat buku ini beda dari buku kebanyakan.
Like always, no synopsis. Almost all books with this genre didn't have synopsis. The back cover only contain some excerpt from the story (gotta admit it, the excerpt made me decided to bought this book) and a couple of comment about the content. What made me happy about this book is that Ernest actually talked about a lot of things that people usually avoided. Race, religion, pork, and other things that made this book different than other.
Buat yang belom punya bukunya, silahkan dinikmati cuplikan judul dan isi yang begitu menarik hati ini~ :*
For those who didn't have it yet, go on and pleasure yourself with some excerpt that totally tickling your heart.
There's no english translation for the excerpt, I'm sorry D:
WOY, CINA!
(diambil dari cover belakang)
Dibanding bokap, keluarga nyokap gue tuh lebih original cinanya. Gaya ngomongnya masih totok banget. Bagi mereka, gak ada istilah "kami" atau "kalian". Adanya adalah "gue orang" dan "lu orang". Kesannya insecure banget ya? Gue juga tau kalo kita semua ini orang, bukan ubur-ubur.
KOH AHOK JAGOAN KU
(h.19)
Dia disebut-sebut sebagai calon Wakil Gubernur DKI untuk berpasangan sama Jokowi, Walikota Solo yang lagi naik daun. Tetep aja gue mikir, "Orang Cina mau jadi Wakil Gubernur DKI? Yeah rite. Mabok arak kayaknya ni orang."
MENJADI MINORITAS
(h.68)
Coba kita balik. Orang Cina yang jadi mayoritas di Indonesia. Apakah lantas pribumi sebagai minoritas gak bakal kena diskriminasi? Gak mungkin. Sama aja, gue yakin. Bedanya yang akan stand-up comedy dengan bahan balada etnis minoritas bukan gue, tapi Pandji Pragiwaksono.
KONDOM OH KONDOM
(h.121)
Permasalahannya adalah, walaupun gue dan istri udah "sah", entah kenapa setiap kali beli kondom gue tetep malu. Biasanya saat gue beli itu di minimarket dan lagi bayar di kasir, pasti rasanya risih. Seolah-olah sang kasir memandang gue dengan tatapan "Cieee lagi horny cieeeee... Cieeee mau berbuat cabul cieeeeeeee...".
Oh, and by the way, this is Ernest. Yeah. He look so chinese. Even for a Chinese descendant like me. Hahahaha